Monday, January 10, 2011

Calo Nyawa

Rupa begitu banyak
Ada yang tanpa polesan pemanis
Ada yang petarung kehidupan alami
Ada yang lugu bertabur bintang kejujuran
Ada yang gemulai dalam kejahatan & keculasan
Berbagai rupa lain yang tak tersuguh dalam kata
Segala rona dan pesona marak dalam kumpulan manusia
Untuk saling bertaut menumbuhkan kehidupan sementara
Ada yang penuh persaingan mewujudkan tujuan kefanaannya
Namun banyak pula yang membangun kehidupan dengan filosofi
Memulai dari dasar dengan fondasi kesungguhan dan upaya murni
Hamparan tantangan terbentang luas untuk dilalui dengan sabar
Tidak semudah memetik buah dari pohon dan tanah milik orang lain
Segalanya dimulai dengan tangan berbalut peluh yang rancah
Diawali dengan teriknya keberanian untuk menanam
Didampingi dengan semangat yang semakin bertumbuh kuat
Menaiki bukit demi bukit dengan wacana kesederhanaan
Hingga keyakinan menuju puncak indah mulai singgah dalam benak
Banyak pemandangan yang telah terlewati
Banyak tebing curam berbatu yang telah terlampaui
Tak ada sedikitpun cita-cita itu pupus apalagi patah sia-sia
Kesungguhan, kegigihan, kesabaran, kesederhanaan dan berhemat
Telah membawa kaum ini melihat pemandangam dari puncak bukit
Indah dengan kesejukan yang berdamai dengan alam sekitar 
Nyaman terakibat upayanya sendiri terbukti dalam peringkat
Tak ada rekayasa apalagi kepura-puraan yang semu palsu 
Keindahan bukit terasa elok sepanjang waktu dan musim
Walau kadang berawan mendung dengan hentakan petir
Kehidupan tetap berlabuh teduh dengan wajah alaminya
Ada jiwa-jiwa lain berangan berlabuh dengan wajah serupa
Namun tak daya dapat segera membangun perahu kokohnya
Tak daya pula mengisi waktu untuk membangun dengan ilmu
Hanyalah terwakili dengan rasa kepanikan karena angan-angan
Waktu terus berjalan mengurangi kesempatan baik mereka
Tak ada jalan lain yang cepat apalagi mudah
Selain untuk ikut menaiki tapak yang telah rapih tertata
Tanpa restu dari sang pembangun yang bening pandang
Akar-akar rumput indah pun tak rela terinjak olehnya
Namun tak daya untuk melagukan kepedihan rasanya
Semakin jauh tapak hitamnya melaju
Semakin keruh pula sepak terjang niat kelamnya
Demi radius kebebasan untuk menggapai kuat
Demi menutupi wajah lainnya yang sering berubah
Berdampingan dengan kaum calo berpedang tipu lidah 
Menawarkan dan menjual angan-angan
Meminjamkan kepalsuan yang gemerlap
Mengabdi untuk kekuasaan yang sesaat
Amatlah berbanding terbalik dengan kaum pejuang murni
Yang mengenal kehidupan abadi pada kurun waktu kemudian
Kaum limbung adalah mereka yang menjadi calo nyawa
Yaitu kaum yang bergelut resiko untuk nyawanya sendiri
Kaum yang sulit berdampingan dengan kaum pejuang murni
-LS-

No comments:

Post a Comment