Saturday, January 29, 2011

Berpangkat Kebodohan

Ia hanyalah bagai seonggok daging berjalan tanpa nalar
Tanpa punya perangai layaknya manusia yang luhur
Tanpa pula rasa malu karena perangai yang tanpa busana
Tanpa punya ketrampilan istimewa kecuali mencuri
Dengan menthal preman berkedok pekerja santun
Aah, penuh kepura-puraan
Penuh kemunafikan
Padat kebohongan
Kaya akan sifat lupa diri darimana dia berawal
Miskin akan rasa takut pada Tuhan yang Kuasa
Melarat akan ilmu kehidupan yang jujur beramanah
Membuatnya tidak pernah berterima kasih
Apalagi bersyukur pada Nya karena uluran tangan lain
Ia hanyalah seonggok yang pongah nan kaya akan kebodohan
Berperan bagai ia yang paling pintar bahkan super berkuasa
Ooh, itulah sesungguhnya kebodohan yang paling tinggi pangkatnya
Kebodohan yang berdampingan dengan kemunafikan ekstrimnya
Telah membawanya berjalan tanpa busana ragawi dan rohani
Ia bahkan telah menjadi tontonan banyak pasang mata tak terhitung
Pasangan mata mengikuti gerak gemulai culasnya
Menantikan akan kemana arah drama buatannya sendiri itu
Terjungkal kah ?
Atau melenggang dengan punggung yang berat akan cacat cela ?
Ataukah bersolek dengan coretan tengik berbau busuk diwajahnya ?
Atau mungkin berselempang tali rajuk yang akan menjerat lehernya sendiri ?
Tentu semua hanyalah terjawab dengan ruang waktu
Karena waktu tak pernah sedikitpun menipu kehidupan kita
Tak pernah pula menjerumuskan kaum yang jujur luhur hati
Karena waktu amatlah patuh pada Tuhan yang Kuasa
Kecuali karena kelakuannya sendiri
Itulah manusia berpangkat kebodohan
Berderajat keculasan
Bermartabat penipuan
Berselera kerakusan
Tamak akan harta yang bukan haknya
Tak perduli apa yang dilahapnya adalah haram
Akankah ia berselera makan dengan rasa getirnya peluh orang lain ?
Aah, semoga ia tak lagi berbohong dengan rasa makanan di piringnya.
-LS-

No comments:

Post a Comment