Saturday, February 19, 2011

Love In The Boundless Time

My Dearly Good Friend,
My Darling Papa,

It has been a while that you were gone away from us all 
However, I still feel your presence here and there on every move we make
There is a good feeling about that, papa
I feel that you are still around us simply in silence
You look even more gorgeous and peaceful with style of spirit
You might not be feeling comfortable with your new existance
But I know you are not in loneliness
You are not in darkness either, papa
You have met your family members
You have met your many friends passing before you
Meanwhile, I keep sending you my LOVE, my thoughts of you, papa
I still keep sending you my thoughtful prayers in the name of HIM
I know that I miss you deeply, sometimes so badly but in control
I still feel the vibration of your love to me and to us all
I can rewind many pictures of our memories together
The picture colours still remain sharp and sparkling yet brightful
I am still enjoying sharing them with people whom I love as well
Some are even still in teary eyes derived from their feeling of you, papa
Tears of wonderful feeling of having had known you and loved you dearly
I am HAPPY for you, papa, without a single second you are left out
I Love You, Papa.  With All My Heart.
With My Whole Heart Without A Single Crack
Please Rest In Peace For Your Next Journey Escorted By His Light
Attended By Many Angels Around You 
Trailed By Many More Of Our Prayers
Remembered By Many Thoughtful Minds
Loved By Many Hearts
So, I Love You, Papa...
Stay Peaceful, Papa...

With All My Heart,
From Your Little Girl In The Boundless Time,
-LS-    

Friday, February 18, 2011

Kebahagiaan Dan Aku

Entah bagaimana aku dapat menjelaskan rasa ini
Yang ku tau adalah rasa teduh dan tenang bergaung mesra
Tersisipkan selalu dengan rasa syukur yang mendalam bertabur kasih
Begitu indah
Begitu menawan
Begitu meredupkan silau gemerlapnya duniawi
Amat menggugah rasa kasihku untuk kusemaikan layak 
Bagai tak terbandingkan dengan kenikmatan duniawi apapun
Semilir merasuki nuraniku
Menghantarkan aku pada dimensi kebahagiaan yang jernih
Bening terpancar langsung dari jiwaku yang tertunduk hormat
Aku sungguh ingin berbagi rasa kebahagiaan ini dengan layak
Dengan kasantunan yang lazim
Dengan kepatutan dihadapanNya
Dengan ketulusan yang murni
Tak ada rekayasa dalam penyampaian rasa kasih sayangku
Karena semua berangkat dari hatiku yang utuh tanpa retak
Aku amat bersyukur mendalam atas anugrah dimensi ini
Suatu dimensi kebahagiaan yang amat menyejukkan jiwaku
Dan rasa ini tak tergadaikan sedikitpun dengan apapun
Aku bermunajat kepadaNya dan dihadapanNya
Semoga aku dapat menyemaikan amanah besar dariNya
Suatu amanah tentang rasa bahagia yang menyejukkan
Kemudian untuk bersyukur kepadaNya
Melalui rasa kasih dan sayang tulus
-LS- 

Saturday, February 12, 2011

Pencipta Kedamaian

Aku tercekat pilu 
Menyaksikan kegaduhan yang tak putusnya
Bumi bagai dipijaki oleh sepak terjang kemarahan 
Bahkan hembusan kebencian yang tak berkesudahan
Apa kiranya yang dapat membuat mereka tersadar dari mimpi buruknya
Agar tak lagi menyakiti jiwa raga orang lain apalagi merampas paksa
Agar tak terus menerus merongrong hak hidup nyawa lain
Agar segera sadar bahwa mereka bukan manusia yang paling benar
Rasa duka terus menyelimuti bumi yang penuh warna cantik gemilang
Alam pun ikut tersedu sedan karena perilaku yang serba merusak
Keselarasan dan perdamaian tak jua muncul dari tidur lelapnya
Entah berapa lama lagi malam-malam yang buruk segera berakhir
Lalu menyambut cerahnya pagi yang mesra dan bersahabat
Tak ada lagi kebencian merebak merasuki bumi
Damai di bumi untuk teduhnya kehidupan
Semoga jiwa kita selalu teduh dan damai
Karena kitalah pencipta perdamaian bumi
-LS-

Friday, February 11, 2011

Berlabuh Dengan Nada

Suasana ruang dimana ku sering semaikan imajinasiku
Jiwaku bagai hanyut dalam suasana sendu mengalun terpesona 
Bagai mengapung dalam wahana alunan nada yang saling beriring
Terbuai indah dengan sauh nafas yang luas dan dalam
Jantungku berdegub hantarkan bulir darahku  
Paru-paruku mengembang menyambut kesejukan 
Mulutku terkatup rapat penuh rasa takjub teduh
Mataku terfokus pada pandangan terjauhnya  
Aku tak sanggup beranjak dari duduk nyamanku
Aku izinkan untaian nada-nada itu berlantun bebas
Memasuki dan menerobosi seluruh sendi ragaku
Hingga menembusi dinding jiwaku yang tergugah
Suasana hatiku pun menjadi terpana pasrah
Otakku terus letupkan gagasan untuk dituangkan
Jari-jariku bagai tak terkendali untuk ikut bertutur
Jalinan huruf dan kata lahir terdampingi alunan
Menjadikan imajinasiku terkumpul berbentuk nyata
Dalam format yand dapat dimengerti orang lain
Walau belum tentu dapat difahami dengan mudah
Namun letupan benak telah tertuang apa adanya
Musik telah menghantarkan aku ke dalam dimensi lain
Memasuki ranah penggapaian imajinasi sekaligus perwujudan
Musik meluaskan jiwaku
Meninggikan semangatku
Menghantarkan imajinasiku
Dengan kedalaman yang menyejukkan
Dengan bentangan yang menggairahkan 
Dengan ketinggian yang mengharukan jiwa 
Musik telah melabuhkan aku pada banyak rona pesona
-LS-

Wednesday, February 9, 2011

Teduh Dari Yakin Bermodal Niat

Pagi yang cerah
Siang yang semarak
Sore yang tenang
Malam yang teduh
Suasana hari yang penuh berbagai rasa
Tak ketinggalan suasana kota yang amatlah hiruk pikuk
Hati bagai bertaut dengan banyak niatan untuk berbuat
Ada suatu ketertarikan tersendiri ditengah banyak kesibukan
Suatu rasa berdimensi luas tak berbentuk yang menyejukkan
Tak kan ada kata yang sesuai untuk menjabarkan rasa itu
Lidah bagai kelu tak daya berucap mengatakan apa adanya 
Otak pun tak sanggup untuk menguakkan dasar logikanya
Hati hanya sanggup terpana menerawangi kesejukan jiwa
Seluruh komponen tubuh bagai iri untuk bergabung bersama
Hanya untuk sekedar merasakan rajutan keteduhan jiwa ini
Otak mulai berani bertanya dari mana asal rasa semua ini
Hati mulai beranjak ingin menyaksikan sumber rasa ini
Lidah masih tak sanggup dan bersimpuh manis dalam posisinya
Nalar mulai membetikkan percikan cahaya untuk menjawab
Rasa teduh dan sejuk pada jiwa karena rasa percaya padaNya
Ketenangan jiwa tercurah karena keyakinan mendalam padaNya
Percaya dan Yakin akan keberadaanNya yang tak pernah jauh
Hanyalah dengan sebuah niat tulus untuk menggapai perhatian Nya 
Begitu indahnya rasa ini hingga air mata pun tak sanggup terbendung
Dunia bagai bersahabat memandangi pendaran jiwa yang teduh
Alam bagai terpikat dengan semarak jiwa yang teduh penuh syukur
Jiwapun terbuai lembut dengan tutur nada-nada alam yang tulus
Saling bersambut tanpa pamrih kecuali untuk saling bertaut teduh
Begitu nyata keberadaanNya
Dengan segala pengasihNya
Ia tak jauh untuk dapat ditemui
Tak pernah pula absen untuk hadir
Tak pula sulit untuk menghadapNya
Kecuali tanpa niat tulus dan keyakinan
Maka semua rasa indah itu tak akan pula pernah hadir dalam jiwa
Karena niat adalah amat murah tapi sering tak mudah untuk terbeli
-LS-

Tuesday, February 8, 2011

Rumah Terminal

Suatu tempat di suatu ruang kota metropolitan
Tak ada yang istimewa untuk menjadi perhatian
Rumah biasa dengan beberapa penghuni tetap
Yang juga acap kali mendapat kunjungan berbagai niatan
Kadang membuat mata penuh akan pandangan tak penting
Telinga pekak dengan berbagai versi tutur tak penting
Tak ketinggalan membuat jiwa terasa tak nyaman
Silih berganti lalu lalang yang sepatutnya tidak masuki ranah keteduhan
Bagai kebisingan rumah yang tak cocok sama sekali disebut kediaman
Amat tak jelas konsep kegiatan didalamnya
Apakah sebagai persinggahan umum kapanpun bagi siapapun
Apakah tempat pertemuan berbagai bidang dan tujuan
Ataukah hanya sekedar untuk makan dan pergi bersauh
Atau mungkin sebagai tempat penitipan yang dianggap aman
Dan mungkin banyak hal-hal lain yang tidak jelas diketahui
Yang jelas hanya satu hal saja
Adalah bagai disebut rumah terminal
Karena lalu lalang yang tak sesuai untuk suatu yang disebut rumah
Apalagi untuk disebut sebagai kediaman
Karena amat jauh dari ketenangan
Jauh dari keteduhan bagi jiwa penghuni
Kering akan koneksitas kemurnian jiwa
Hampa akan kepercayaan yang bening
Semua bergerak sebagai lalu lalang publik
Kadang dentingan piring bagai tempat makan umum gratis
Begitulah suasana nasip suatu tempat yang bagai rumah terminal
Tak terbayangkan bila aku menjadi penghuni dalam lingkup itu
-LS-

Monday, February 7, 2011

Pesona Hari

Pagi yang kelabu
Butiran air halus membasahi hamparan tanah dengan sentuhan yang lembut
Gemericik yang meneduhkan dan menyejukkan pagi yang berwajah kelabu
Secangkir kopi hangat menambah kenikmatan pesona kelabu pagi
Suasana yang sering kulewati di suatu kota di Eropa di musim dingin
Kadang membuat langkah menjadi getir karena dinginnya udara pagi
Namun suasana Eropa bagai merasuki jiwaku
Wajah klasik nan elegan walau ada sudut kota yang terluka parah
Tak sedikitpun merusak wajah nuansa secara menyeluruh & utuh
Tautan antar anggota masyarakat yang berciri khas
Pola tatanan kebiasaan pagi siang sore juga malam
Bagai cerita tanpa lakon khusus selain tentang kehidupan
Wajah rona masyarakat lokal yang tersumber dari 4 musim bergantian
Aku menikmati rona wajah kultur yang miliki cerita sejarah panjang
Suatu kenikmatan yang bersumber dari kenikmatan kultur lainnya
Karena aku terlahir dari suatu bangsa di khatulistiwa yang berwarna
Kaya akan cita rasa dan selera seni budaya yang cantik menggairahkan
Kaya akan dengung dialek dan bahasa sebagai identitas banyak wilayah
Aku bagai merasakan perpaduan yang memperluas pandangan jiwaku
Suatu perpaduan Timur dan Barat yang telah membentuk langkah hidupku
Itulah suatu pesona tersendiri bagi keseharianku
Dan telah menjadi tradisi pribadi yang meluaskan
Suatu kenikmatan dengan rasa syukur mendalam
-LS-

Sunday, February 6, 2011

Gerbong Sekolah

Tiba-tiba ku terhinggapi rindu pada sosoknya
Tiba-tiba ku bagai diburu rasa ingin bertemu dengannya
Tak sanggup rasa ini bermunculan tanpa linangan air mataku
Begitu sendu yang menggelayut tanpa permisi
Gambar kenangan bagai tanpa ingin berhenti menerobosi dinding memoriku
Suatu perjalanan di wilayah Eropa saat ku remaja dengan banyak ceritanya
Ku simak semampuku segala pernyataan dan penjelasannya sepanjang jalan
Didalam gerbong kereta yang tenang dan nyaman 
Di suatu musim panas dengan angin yang sejuk lepas
Sehingga warna alam yang cantik merona amat merasuki ruang pesonaku
Ia mengenakan stelan jas & vest yang elegan berwarna abu-abu muda
Aku mengenakan stelan coklat muda dengan kombinasi kuning musim panas
Kami saling bertutur dalam nada cerita yang ringan saling menimpali
Ada rasa kagumku yang tak dapat ku kibaskan atas kisah filosofisnya
Ada rasa hormatku yang terpaku manis mengetahui perjuangan hidupnya
Terasa begitu lengkap bagiku mendengarkan langsung tanpa perantara
Perjalanan lintas kota yang amat menawan
Karena bagai belajar sambil terdampingi oleh panorama alam Eropa 
Menikmati hangatnya teh sedu diatas gerbong kereta yang terus melaju
Hamparan hijau rumput bersama pegunungan yang menjulang elegan
Ternak biri yang sehat dan berbulu lebat tak ketinggalan hiasi pandanganku
Mata kami kadang tergelitik tak tahan untuk tidak menikmatinya
Berkomentar  ringan lalu kembali pada posisiku mendengar dan menyimaknya
Ia bukanlah sosok terkenal tapi wawasan dan pemikirannya bagai mendunia
Ia tak terkecoh dengan topik yang menghangat di bumi manapun
Namun tak pernah ada minat dengan pergaulan kosong ompong
Ia amat perduli dengan hal-hal yang dapat membangun kemajuan diri
Tidak perdulikan apakah itu lintas agama, latar belakang hingga benua
Ia fahami bahwa ilmu selalu siap untuk direngkuh sesuai kemauan diri
Semangat yang terus mengepak bebas tanpa pupus
Optimisme yang diyakininya walau kadang pasang dan surut
Hingga ia merasakan perjalanan nyaman di gerbong itu dengan aku
Setelah banyak tangga kehidupan ia tapaki dalam penanjakan bermakna
Merangkai banyak jalinan dengan dunia manapun tanpa kecanggungan
Aku menyaksikan pelajaran itu bukan hanya teori lepasan belaka
Pelajaran sebagai bagian dari pendidikanku dari guru besarku
Ia bukanlah contoh panggung tapi nyata dalam keseharian
Ia bukanlah pendongeng nasib orang lain tapi perjuangannya
Menyadari bahwa dunia adalah ladang untuk berbuat kebaikan
Membangun & mengisi arti kehidupan lalu ciptakan keteduhan
Ia hanyalah sosok sahabat yang sederhana yang ku panggil papa
Ia memang seorang ayah kandungku yang kini telah tiada
-LS- 

Thursday, February 3, 2011

Busana Alim Sang Preman

Ia seorang pongah nan bodoh berpura-pura alim santun
Yang tak tau banyak hal kecuali mencuri dan merampas
Caranya pun bagai ikan teri yang mengerang kekeringan
Karena ia bodoh maka mencurinya pun cara yang bodoh
Suatu timbangan kebodohan yang seimbang
Dan karena bodohnya maka ia tak mengenal Tuhan
Hanya tau berpura-pura saja menghadap Tuhan 
Bahkan berani menapaki rumah Tuhan dengan kebohongan
Pekerjaannya pun sebatas rendahan yang hanya diperintah
Tak ada prestasi istimewa apalagi memberi kebaikan layak
Kaum yang kehilangan haknya setelah pencurian itu
Hanya tersenyum senang
Karena ia telah mengambil alih tanggung jawab pemilik
Konsekwensi yang tak ringan bahkan akan merusak dirinya
Ada hak para yatim didalamnya
Ada hak banyak nyawa lain dalam hasil curiannya
Bentuk hak yang tidak sesederhana kosa katanya
Ada pajak akhirat pemilik yang telah dimakannya
Peluhnya tak dapat terbasuh air rahmatan Nya  
Darahnya menghitam mengedari raga yang kotor 
Bahkan nafasnya pun berbau busuk yang menyebalkan
Para setan pun enggan berbagi salam dan menyapanya
Entah di dunia mana ia kini berpijak
Apalagi setelah banyak nyawa & pasang mata melihatnya
Melihat kekotoran pula kecurangannya yang ganas 
Melihat kehidupannya yang telanjang segala arah
Hingga suatu masa berkata demi keadilan
Dimana tak satupun manusia dapat menolongnya
Karena sang anak pun tak sadar apapun tentang dunia
Apalagi untuk fahami urusan akhirat yang serba adil
Tak pula sanggup mohonkan ampunanNya atas nista dirinya
Pihak lain pun tak kuasa berdoa karena raganya pun kotor
Mereka semua terjerat dalam siksa buatannya sendiri
Hanya karena seorang berpura-pura alim untuk mencuri
Seorang preman bersarung alim berprofesi maling
-LS-