Wednesday, August 18, 2010

Hening

Hening itu bening
Tenang mengalun
Nyaman bergemilir
Menembus pandang kejernihan jiwa
Dialog yang menembus lebih dari hanya sekedar kata dan kalimat
Ragam dimensi bagai mengalun dengan irama universal yang luas
Berdendang bebas merasuki jiwa
Menghibur tanpa hiruk pikuk suara yang berdesing-desing
Senyawa udara berbisik tenang
Air yang melantun gemericik
Tanah yang menggetarkan kelembutan
Dedaunan yang terus meneduhkan
Warna alam yang murni dan berkelas tanpa tandingan
Mereka semua saling berdialog dengan jiwa yang hening
Merasakan kebeningan yang hakiki
Terasa sempurna
-LS-

Tuesday, August 17, 2010

Kharisma Merah Putih

Hari ini negeriku menyeruakkan nuansa Kharisma Merah Putih
Suatu kharisma yang terbangun dari jiwa-jiwa pemberani yang menyatu
Saling mencurahkan tenaga semampunya untuk melepaskan diri dari dominasi bangsa lain
Dan pada suatu tanggal yang disepakati bersama kala itu
Maka negeri ini selalu memperingatinya & mengenang jasa para proklamator & para pejuang
Mereka lah yang telah membebaskan negeri ini bersama jiwa-jiwa yang tinggal didalamnya
Terima Kasih wahai seluruh Pejuang Negeri
Begitu selalu membekas dibenak kami atas banyak tenaga yang tercurah untuk berjuang
Berbagai objek masa lalu masih tersimpan rapi sebagai bukti sejarah panjang negeri ini
Sejarah panjang yang kemudian tersimbolisasikan dengan Merah yang berani & Putih yang suci
Merah Putih yang penuh kharisma
Bertahtakan kedaulatan mutlak atas tanah dan air negeri sendiri
Bermandikan pemikiran kaum pejuang & cendikiawan negeri sendiri
Bergelimangan kekayaan alam & kekayaan budaya negeri sendiri
Negeri sendiri dengan balutan bahasa kesatuan sendiri
Merah Putih masih terus pancarkan kharisma ke seluruh penjuru dunia
Terwakili dari jiwa-jiwa pejuang penerus dengan format yang berbeda
Para cendekiawan terus lahir dan mengemuka di negeri cantik merona ini
Walau tak dipungkiri masih banyak tantangan besar di tengah negeri ini
Semoga jiwa-jiwa merah putih tak pernah pupus & terus saling berpadu
Semoga Kharisma Merah Putih tak lekang dimakan waktu
-LS-

Monday, August 16, 2010

Suasana Diri

Terasa cepat waktu lewat tanpa permisi
Siang berubah malam dan sebaliknya kadang bagai hentakan
Menyadarkan manusia untuk melihat manfaat hidupnya
Mereka yang masih pupus akan upayanya
Gelisah menantang waktu untuk membuktikan tujuannya
Mereka yang tengah menanjaki alur hidupnya
Menggebu tanpa perdulikan tubuhnya perlu diistirahatkan
Mereka yang sudah pada waktu puncaknya
Sibuk meratapi harus kemana lagi atas sisa waktunya
Percikan ragam perasaan bagai memadati ruang lepas
Saling berbenturan bagai lemparan dan tangkisan bola
Entah berapa macam jenis perasaan yang ada
Karena perasaan itu tak terdefinisi oleh karakter
Namun terbentuk oleh sikap kontrol diri atas apa yang sedang dihadapinya
-LS-

Sunday, August 15, 2010

Serpih Harapan

Sering terbersit betapa kacau wilayah dimana aku berpijak
Begitu riuh rendah dengan gejolak emosi kaum yang terpinggir
Tangis mereka lebih mendominasi tawa mereka
Tawa mereka hanyalah untuk sepintas waktu tanpa kesan
Perasaan mereka banyak diperjualbelikan yang tak sekehendaknya
Kemarahan mereka acap kali membuncah tanpa wadah
Karena tak ada sarana aspirasi yang murni bagi mereka
Tak ada yang mengurus kebutuhan dasar mereka secara terpadu
Karena yang sepatutnya mengurus lebih sibuk mengurus barisan mereka sendiri tanpa perduli secara tulus pada kaum garis lain
Sang pemimpin terlalu sibuk mengurus jajarannya yang mungkin juga kurang cakap untuk mengurus apa yang harus diurusnya
Saling caplok saling sikut saling cuap-cuap adalah yang menjadi pemandangan bagi kaum jelata
Tanpa perduli atas desakan mendasar untuk kehidupan nan sederhana itu
Entah kapan pola tatanan ngawur ini dapat berangsur hilang
Beralih pada tatanan yang menghormati yang disebut rakyat
-LS-

Saturday, August 14, 2010

Pejuang Batin

Mereka adalah para pejuang
Dan bukanlah pemberontak yang tidak tau diri
Pejuang akan suara hatinya yang bening terhadap suatu tekanan
Dan bukanlah pengacau yang merusak suasana norma kehidupan
Mereka bukanlah sosok pelawan urakan
Namun semata berjuang untuk batinnya sendiri
Demi mendapatkan ketenangan jiwa
Kebeningan hati yang hakiki
Pola pikir yang terarah dan menuju kebaikan
Pembentukan nalar yang proporsional seiring dengan nurani
Semua itu untuk pembentukan perilaku yang santun dan damai
Mereka adalah para pejuang terhadap dogmatisme terselubung
Dalam lingkungan yang tanpa bimbingan
Mereka melangkah tanpa fondasi contoh layak & ilmu yang cukup
Membentur banyak hal hingga jiwa dan raganya pun terasa pilu
Tetapi karena mereka adalah pejuang sejati
Maka tiada hari tanpa menyerah walau kadang terbesit rasa putus asa yang menggelayut erat dibenaknya
Mereka adalah pejuang untuk wujud batinnya sendiri
Demi wujud kehidupannya
Kehidupan yang teduh
Tidak hanya bagi raganya
Juga untuk jiwa yang tenang
-LS-

Thursday, August 12, 2010

Bias Wajah Sang Pemimpi

Di siang itu
Hanya ada beberapa kursi yang diduduki para pemesannya
Deretan dan barisan kursi-kursi merah yang lentur nyaman
Dihadapannya adalah layar putih besar yang bercokol
Siap untuk ditempakan sinar proyektor yang penuh cerita
Pada duduk baris belakang yang tenang
Terbiaskan sosok wajah kecil yang rupawan
Sedang terpukau oleh alur gerak dan kata-kata dihadapannya
Pantulan sinar proyektor yang membias dari layar ke wajahnya
Begitu lucu namun karismatik
Tak terelakkan untuk dilihat dan dipandang
Serius membenamkan konsentrasinya pada layar lebar
Menyibak kemana ujung cerita dari layar lebar itu
Sang Pemimpi adalah judul cerita yang dipilihnya
Karena dia pun adalah seorang pemimpi
Tentu dengan caranya sendiri
-LS-

Wednesday, August 11, 2010

Warna-Warni Akhir dan Awal

Warna warni berkilauan muncul di beberapa sudut-sudut pinggiran jalan Mereka tampak mempercantik suasana sisi jalanan dalam ragam bentuk corong
Sederhana tapi menawan dan mereka hanya muncul pada akhir tiap tahun masehi
Pengunjung memang tak berbondong dengan objek sudut kota ini
Tapi keberadaannya tak jarang dibutuhkan untuk meriahkan awal tahun berganti
Yang muda dan yang tua bergeliat silih berganti meniupkan corong-corong kertas
Menyerukan suatu awal tahun selanjutnya
Kadang termangu menyadari waktu dan masa berlalu, melesat bagai supersonik
Kesempatan untuk mengisi waktu pun semakin singkat bahkan dengan kerentaan
Sekejap lengkingan bunyi tiupan terompet adalah kejenakaan dan keceriaaan
Namun tak jarang pula itu sebagai kegalauan bagi beberapa kaum
Apakah tahun berikutnya sebagai pergantian nasib yang membaik
Apakah justru menjadi titik tolak lain yang tak pernah terduga-duga
Apakah pergantian tahun ke tahun adalah wacana kesempatan baru
Setiap orang akan mendapat dan jalani dimensi hari, tanggal dan waktu yang berlanjut
Tetapi setiap orang tidak akan jalani waktu dengan kesempatan & perasaan yang sama
Bahkan dengan degub harapan yang berbeda-beda
Namun semua itu akan berujung pada titik yang sama bagi semua
Suatu hari akhir yang miliki warna-warni sendiri berbeda dari sudut jalanan itu
Pergantian tahun dalam dimensi warna dan bentuk yang terurai dalam suasana hati
Warna-warni suara hati seiring dengan bergeraknya ruang waktu tahun demi tahun
-LS-
Yang mereka cari hanyalah ruang hidup dengan keteduhan untuk jiwa dan raganya. Mereka enyah karena tak nyaman dengan kaum yang mendominasi jiwa lain.
-LS-

Tuesday, August 10, 2010

Feet will follow wherever we wish to go to therefore make sure we have tenacious and determined mind and willpower, to govern our sense of purpose.
-LS-
Hembusan angin mengalun syahdu, menyejukkan bak tetesan embun salju. Airnya tenang tempat sampan mengapung & bergolek bersama riak air Toba
-LS-

Hempasan Ruas Jalan

Dalam ruas jalan yang sibuk dilalui banyak kendaraan. Selalu ada sosok berselubung warna oranye yang terus bergerak dan sesekali menengadah menghadap arah depan untuk pastikan bahwa posisinya aman dari terjangan kendaraan yang melaju.
Dia terus gerakkan sapuan tangannya dengan sapu lidi diatas ruas jalanan itu.
Sabar.
Tenang.
Tanpa pamrih.
Terus tuntaskan tugas dan tanggung-jawabnya.
Membersihkan ruas-ruas jalanan besar itu hanya dengan bekal niat untuk membuat pandangan mata serasa lepas dari kotoran.
Pandangannya tidak kosong.
Kegiatan yang penuh harapan untuk banyak manusia.
Setiap sapuannya adalah suatu kebaikan yang akan ditanamnya dalam benak untuk banyak manusia.
Para pahlawan jalanan tanpa tanda jasa.
Namun bagi yang menyadarinya adalah suatu jasa yang besar.
Untuk setiap ucapan terima kasih baginya adalah suatu doa yang memuliakan bagi yang dimaksud dan untuk diri sang pendoa.
Kemuliaan dapat dimulai walau di kawasan perempatan jalan yang tidak pernah sepi dari hempasan.

Monday, August 9, 2010

Hinakanlah

Hinakanlah aku bila itu memang menjadi ukuran untuk kau dapat mengetahui derajat dirimu
Hinakanlah aku bila memang kau perlu melakukannya untuk dapat mengetahui standard rasa bahagiamu
Hinakanlah aku bila memang kau sedang berbagi dengan cara yang tidak kau ketahui
Hinakanlah aku bila kau merasa ingin mengungkap rasa kuasamu terhadap sekitarmu
Hinakanlah aku bila itu menjadi satu-satunya cara bagimu untuk unjuk diri atas kemampuanmu
Hinakanlah aku bila kau merasa yakin akan kwalitas dirimu
Begitu kuatnya penghinaan itu sebagai upaya unjuk gigimu
Begitu kuatnya penghinaan itu dapat menghujam dirimu sendiri
Merujuk dirimu sendiri sebagai kaum yang kebingungan parah
Menyatakan bahwa dirimu begitu limbung atas arahmu sendiri
Mencoreng pamormu sendiri atas ketidak-berdayaanmu sendiri
Hinakanlah aku bila itu adalah prosesmu untuk mengenali dirimu sendiri tanpa bantal kemunafikanmu
Karena bila kau menyadari tindakanmu maka kau akan segera mengetahui dimana tingkatan dirimu
Bila kau tidak menyadarinya maka memang disitulah wajah kwalitas dirimu yang memang kau ingin ciptakan
-LS-



Saturday, August 7, 2010

Ruang Jiwa

Begitu pilu memandangnya
Begitu kelu merasakannya
Mereka terbentuk dari jalan hidupnya
Bukan sebagai pembentuk jalan hidupnya
Terbata, tersandung, tersisihkan, terejek, terabaikan
Mereka berpartisipasi dalam raganya
Namun tidak dalam dan dengan jiwanya
Bingung dalam keheningan
Juga bingung dalam keramaian
Tuntunannya hanyalah cercah untuk terus bertahan
Tanpa ketahui arah tujuan yang selayaknya dalam benaknya
Tegar namun terseok karena kehampaan yang menjajah luas
Raga yang gembira yang bersanding erat dengan jiwa yang lara
Harapan pun menjadi sesuatu yang mahal untuk dibayangkannya
Hanya melangkah terus dengan bayangan kepalsuan
Namun keyakinan yang selalu menghangatkan nurani jiwa
Maka setapak demi setapak terus berderap
Walau jalanan terasa penuh tantangan pedih
Karena keyakinan maka cercah hari yang cerah menampak
Membebaskan segala belenggu jiwa yang terangkul dingin kaku
Yang akhirnya jiwa itu perlahan hidup wajar dalam ruangnya
Tanpa belenggu dan bebas dalam membentuk jalan hidupnya
Bukan lagi jiwa hidup yang terbentuk dari jalan hidupnya
-LS-

Thursday, August 5, 2010

Lincah Tangan Dikecap Lidah

Tidak ada yang luar biasa dengan tangan dan jari jemari itu
Mereka bergerak lincah mengupas merajang menggeprek
Menyiapkan segala bahan dan bumbu masak yang menyatu
Api tersulut untuk bongkahan wadah masak yang menganga
Jemari bagai menari lincah dengan mulai menumis bumbu dasar
Menguakkan aroma harum yang bersanding dengan segala rupa bahan yang menunggu untuk tercurah ke dalam wadah panas itu
Tangan terus melenggang ramah mengajak semua menyatu
Harum
Segar
Menggairahkan selera lidah
Tak perlu waktu lama untuk siap disantap
Kenikmatan yang hanya didepan mata untuk dirasa
Namun ada kenikmatan lain yang tidak kalah dikecap lidah
Memberikan selera itu dengan yang lainnya, yang renta dan tua
Yang mencoba mengais keberuntungan hidup dengan menahan lapar dan letihnya raga
Selera yang sederhana yang tercipta dari kelincahan jari-jemari
Dengan hati yang bening dan tulus tanpa mencari pemanis wajah
Kegembiraan yang tulus pun terlahir
Melalui hasil karya sederhana yang dimotori dengan semangat yang tidak sesederhana hasilnya
Membagi kesempatan dan kenikmatan kepada raga yang renta
Memberi harapan yang berdampak seluas & sedalam samudra
Begitu membahagiakan lahir dan batin
-LS-

Tapak Usia

Langkah-langkahnya begitu berkesinambungan dari tempat ke tempat di belahan dunia manapun. Tanpa ada rasa tersesat dan bertekuk lutut pada keadaan yang kadang menghadang tanpa diduga. Mengarungi langit juga lautan dan tak ketinggalan gurun yang kadang ditempa udara panas dan dingin yang kering. Namun semua itu bagai suatu keindahan yang tak bisa ditawar & ditukar dengan apapun.
Suatu jejak petualang yang miliki nilai dan aroma jiwa tersendiri. Tidak hanya menapakkan kaki tapi juga lakukan lintas budaya yang begitu beragam dan penuh warna.

Setiap jejak itu meninggalkan kesan yang terus mengukir ruang waktu sambil melakukan negosiasi jiwa tentang apapun yang sudah pernah melintas pada ruang waktu hidup, bahagia, getir, tertawa, menangis, dan bentuk emosi lainnya yang pernah ada. Suatu format emosi jiwa yang tak pernah bisa dicuri juga mencuri dari lainnya. Hanyalah pengalaman yang selalu bisa mengundangnya.

Langkah kaki memang tampak mudah dan biasa saja namun tidak semudah yang dapat digambarkan karena waktu miliki peranan penting, bahkan logikapun dapat terlibas oleh waktu yang tidak pernah sedetikpun berhenti.

Usia bukan pemeran utama untuk dapat disebut berpengalaman yang luas dan kaya, tapi justru langkah untuk menjangkau dimensi ruang waktu yang ada. Lalu berapa dan bagaimana dengan usiamu sekarang?
-LS-

Kalbu

Sosok yang sederhana
Tapi tetap tampil menawan
Pancarnya bagai membawa keteduhan
Tuturnya menyejukkan hati & nurani
Lakunya bagai cermin ragawi
Senyumnya membuat hati ceria
Alam bagai saling bersambut
Ikut ceria akan segala suara hatinya
Alam bagai mendengar dongeng dari kalbu yang luhur
Kalbu yang tak dibiarkan tercemar oleh kefanaan waktu
Kalbu yang merasa cukup dengan kesederhanaan
Walau kilau gemerlap sering beriringan dengannya
Kalbu yang nyaman
Jiwa yang tenang
Hidup yang hidup
Hidup ragawi
Hidup nurani
Begitu indah
Penuh Syukur
-LS-

Wednesday, August 4, 2010

Rumah Tua

Ia menua sendiri tanpa terurus
Diterpa angin dingin, debu, panas terik bahkan hujan lebat
Kadang rangka tak sanggup menahan terpaan cuaca kemudian lapuk
Terseok-seok untuk bertahan tegak menjulang,
Walau cuaca sudah kembali bersahabat & bersahaja
Banyak mata tak lagi mau memandang dengan kagum
Karena ia telah tampil usang diluar kemauannya
Cerita manis pernah banyak singgah disana
Yang kemudian bersemayam manis sebagai kenangan
Tawa canda sedih dan duka saling bertautan kala dulu
Waktu yang telah membawa segalanya berubah
Menjadi hening
Menjadi sepi
Menjadi lapuk
Bahkan teronggok
Karena semua penghuni pun menua bahkan pergi jauh
Tak kan pernah kembali
Namun ia masih tetap berdiri layu untuk bersaksi
Menanti penghuni baru mengurusnya
Itulah rumah tua di tengah kota
Menua bersama iringan waktu
Sendiri
Sepi
-LS-

Tuesday, August 3, 2010

Penyelenggara negara bukanlah dan tidak sama derajat dan martabatnya dengan penyelenggara kehidupan seperti petani, buruh, guru dan lainnya. Penyelenggara kehidupan tak miliki dan perlukan pangkat dan jabatan publik, karena mereka adalah makhluk pilihan untuk menjaga kelangsungan hidup.
-LS-
Witnessing the sun rise at Mount Bromo is like celebrating sense of relieving in a very cold breeze, revealing a face of beautiful morning.
-LS-
Tenaga ototnya tak lagi bertahan dalam kerasnya ibukota, yang tersisa adalah tenaga jiwanya yg terus menggapai kokoh dalam kelamnya ibukota.
-LS-
Sore telah meneduhkan terik siang, malam telah menyelimuti ruang jiwa menjadi lebih teduh untuk bersiap melepas penat dalam tidur yg nyenyak.
-LS-

Jiwa Yang Berlari

Mereka ingin terus berlari
Menjauh dari suatu ruang sempit
Ingin lepas dari dominasi yang menghimpit jiwanya
Menghimpit perasaannya
Sehingga daya fikirnya pun menyempit
Tak mampu menjadi diri sendiri yang ceria
Menjadi sosok yang canggung untuk berpendapat
Dan tak pernah miliki ruang kesempatan untuk dihargai
Bahkan sekedar hanya untuk didengar pendapatnya
Keluhan hatinya selalu terpasung di sanubari terdalam
Yang kemudian menggerogoti jiwa sehatnya
Menjadi labil
Hampa
Bimbang
Tidak nyaman
Penuh rasa takut
Kecewa tanpa sebab
Bahkan bagai linglung
Menjadikannya sulit jalani petualangan kehidupan
Hingga pengalaman lah yang membimbingnya
Penuh dengan jatuh bangun yang menguras tenaga
Hanyalah ladang kesabaran dan keyakinan kuncinya
Membawa mereka pada kemerdekaan jiwa
Jauh dari dominasi jiwa-jiwa lainnya
Pelan namun pasti
Ruas demi ruas waktu
Jiwa yang terkungkung itu mampu melihat dunia nyata
Tanpa rasa ragu, takut apalagi kalah sebelum bertanding
-LS-


Pagi Semu

Pagi yang kaku
Tak ada rasa bersahabat
Tak ada sepoy angin sejuk pagi
Dedaunan tak ada yang bersolek manis dengan sejuk embun
Mereka diam terpaku, kaku dan termangu
Lebah dan kupu tak ada yang singgah untuk bersapa
Deru bermotor saling bertautan bergema di ruang udara
Pagi yang sibuk namun kaku
Teduh yang semu
Bagai tak ada keceriaan
Alam bagai saling tak acuh
Hanya diam
-LS-

Monday, August 2, 2010

Sang Bintang Malam

Ia terus teguh pada posisinya
Binarkan sinarnya pada malam yang berwajah jernih
Ia tetap cantik berbinar pada angkasa berselaput awan tipis
Ku pandanginya tanpa jenuh
Ku tercenung dengan kagum
Ku termenung penuh harap
Suatu hari kelak aku dapat menggapainya dalam ruang waktu
Ia tak pernah palingkan binarnya sekalipun awan menggodanya
Anggun sekaligus rupawan
Tak terelakkan untuk dikagumi
Teriring doa dan harap
Saat hati terpaut padanya
-LS-

Warna Sore

Sore yang meneduhkan
Seteguk kenikmatan mengaliri liang kerongkong
Hangat
Nyaman
Teduh dalam jiwa
Tubuh tak hendak enyah dari duduknya
Mata tak hendak terpejam dalam tidur
Menikmati warna sore yang indah
Tanpa harus berpura-pura pada alam
Penuh rasa syukur
Amat bersyukur...
-LS-

Penampil

Mereka selalu tampak di banyak sudut ruang
Hilir mudik dengan kemegahannya dimanapun
Senyum yang selalu mengembang
Walau itu hanyalah semu
Karena mereka hanya perlu menjaga kesan
Tebar pesona dan wacana diri serta kelompoknya
Keberadaannya tak sesuai dengan tugas yang diembannya
Memberi perhatian pada seluruh penghuni negeri
Tak terbatas strata dan sukunya
Mereka tampil teduh dalam pesona fasilitas megahnya
Bagai bersembunyi diri dari kenyataan yang palsu
Para penghuni negeri menjerit tanpa suara
Memekikkan kepedihan yang harus ditanggungnya sendiri
Mereka yang harusnya membimbing dan melindungi
Terlalu sibuk hanya untuk tampil bicara saja
Namun tindakannya belum tentu ada
Mereka terlalu dekat untuk seluruh mata melihat sosok mereka
Tapi perhatian dengan kasih sebagai mestinya kaum pengayom
Hanyalah nuansa dalam ruang yang tak terjamah nalar & nurani
Mereka hanyalah penampil saja
Tanpa beri minat perhatian yang tulus
Hanya sibuk dengan diri mereka sendiri
Itulah mereka sesungguhnya
-LS-

Sunday, August 1, 2010

Fananya Kemegahan dan Kecantikan

Tampak karakter yang gagah dan kuat di siang hari
Amat menawan dengan perhiasan lampu berwana-warni di malam hari
Khususnya pada jalan-jalan protokol dengan nama besarnya
Itulah Jakarta
Suatu kota yang teramat membius banyak orang untuk hijrah
Berangan akan dengan mudah berlimpah dengan pangan sandang papan dan lembaran uang
Kota yang besar dan kompleks dengan masalahnya sendiri
Tapi banyak gerombolan manusia yang ingin berpeluh di kota ini
Demi angan-angannya yang tampak berkabut amat pekat buram
Setiap penghuni sisihkan kotorannya dalam bentuk apapun termasuk buangan yang menyatu dengan udara
Debu tak putusnya beredar dan singgah dimanapun mereka suka
Mengganggu pernafasan menjadi sesak
Mengganggu mata menjadi perih
Tak terhitung sudah lalu-lalang kendaraan yang menua dan kotor
Tak terhitung sudah manusia-manusia yang beratapkan langit
Namun mereka lebih memilih kenyataan yang getir di Jakarta
Menjadi manusia pinggiran yang setiap saat siap digusur
Mengais apapun yang bisa
Demi kelangsungannya
-LS-

Sinaran

Kala sinar merekah menguning
Menembusi dinding-dinding awan yang berarak riang
Awan pun tergelitik sambil terus berlalu dalam hembusan angin sepoy
Senja segera tiba
Mengabarkan malam pun akan segera tiba
Burung pun mulai menyimpan kicaunya
Berlindung manis dalam sarang hangatnya
Menanti sinar pagi merekah kembali esok hari
Dan wartakan hari yang ceria lagi terang gemilang
-LS-